Ramuan Pelangi ala Futiha


Hari ini merupakan tahun ke-4 kamu melakukan kegiatan mewarnai, baik dengan krayonmu maupun dengan tingkahmu. Tidak hanya tentang pewarna yang kamu gunakan, tetapi juga tentang rumah yang menjadi alasnya. Krayonmu membuat rumah dengan dinding bata menjadi menarik; lucu dan berantakan. Sementara itu, tingkahmu membuat rumah yang berdinding rasa menjadi pelangi yang terdiri atas tawa, tangis, harap, cemas, bahagia, dan kadang sedih.

Aku tidak akan bisa menggambarkan kamu seutuhnya. Kamu terlalu luas untuk dijelajahi bagi ilmuku yang sempit. Namun, aku ingin menyebut empat sikapmu saja. Empat sikapmu sekurang-kurangnya merupakan ciri kamu. Empat sikapmu itu merupakan ramuan hadirnya pelangi di rumah kita.

Ceria. Keceriaanmu tidak hanya untukmu, tetapi juga untuk sekitarmu. Auramu membuat hari-hari menjadi ceria kecuali kalau kamu sedang terlalu capai atau cemburu.

Pemelajar. Semangatmu untuk belajar membuat aku iri. Kamu merayu bundamu agar kamu bisa masuk sekolah bersama kakakmu. Kamu giat sekali untuk hadir di kelas tahfizmu. Bahkan, kamu sangat bersedih ketika tidak bisa menjumpai guru tahfizmu di sebuah acara. Kamu memaksa bundamu untuk daftar bimbangan belajar di Bimba. Kamu tidak memberi pilihan sedikit untuk bundamu. Kamu harus belajar di Bimba. Saat itu juga. Tidak ada tawar-menawar. Titik.

Mau berbeda. Sering sekali kali bersikap berlawanan dengan kakakmu. Saat Kakakmu ngambek ke aku, kamu yang menghampiriku. Ketika kakamu bersamaku, kamu mengatakan bundamu yang terbaik. Saat kakakmu tidak mau aku tidur di sampingnya, kamu memberikan tempatmu.

Mau sama dalam perlakuan. Mengapa Kaka sekolah TK, aku enggak?, ucapmu. Aku juga udah besar, yang kecil itu bayi, kamu berdalih saat aku bilang kamu belum saatnya masuk TK. Kamu pernah bilang bahwa kamu tidak suka belajar lagi di Bimba. Alasannya aku baru tahu dari bundamu ketika kamu mau masuk kelas. Sesaat sebelum masuk kelas, kamu bilang ke bundamu bahwa kamu tidak suka diperlakukan berbeda oleh gurumu. Gurumu mengajarkan kakakmu membaca, sedangkan kamu hanya mewarnai. Kamu minta bundamu menyampaikan adanya perlakuan yang sama dengan kakakmu.

Futiha sayang,

Aku ingin menyampaikan satu pengakuan kepadamu. Aku banyak berhutang kepadamu. Hutang atas hak-hakmu yang belum kamu dapat. Begitu juga, hutang atas serangkaian janjiku atas permintaanmu. Semoga aku bisa mecicil dan meluasinya sebelum ajal menjemputku. Aku meminta maaf.

Terima kasih banyak ya, Futiha. Kamu telah mengajariku banyak hal. Panjatan doaku adalah hadiah terbaikku pada hari ulang tahunmu yang ke-4. Bahagia dan berkah selalu!

 

Leave a comment