Rahasia Sang Raja (Cerpen)


Jutaan deret detik setelah lahirnya kerajaan  tersebut, dari sekian puluh generasi, hadirlah raja yang sangat terkenal. Tidak mancla mencle dalam membuat kebijakan. Tidak ragu-ragu dalam membuat keputusan, apalagi yang berbau korupsi. Dialah raja untuk negaranya, tidak ada titah yang lebih tinggi darinya. Sang raja yang bijaksana. Yang paling penting, ia-lah sang raja yang selalu melindungi rakyatnya, jangankan dari musuh, bahkan dari kedzolimin para pemimpin di kerajaan tersebut. Tidak pernah ada di belahan dunia manapun dan di sepanjang masapun, raja yang begitu dicintai oleh jutaan rakyatnya seperti dia.

Saat kebaikan dan kebijaksanaannya membuat masyarakat terkagum-kagum, kedisiplinan dan ketelitiannya membuat musuh-musuhnya sulit menembus pertahanan kerajaan tersebut. Para musuhnya tidak pernah bisa menyelundupkan bahkan hanya sekedar sebelah daun telinga intelpun untuk mendapatkan informasi tentang kekuatan dan kelemahan kerajaan itu. Ia-lah “Sang Pedang Kerajaan”.

Bahkan hari itu, saat mengumpulkan para gubernurnya, ia memilih tempat sangat rahasia dengan penjagaan ketat dan berlipat. Para gubernurpun terpaksa harus melewati pemeriksaan yang berkali-kali. Para gubernur hanya diijinkan masuk tanpa ditemani ajudan dan hanya boleh memakai pakaian dan peralatan yang khusus disediakan oleh kerajaan.

Namun usaha sterilisasi yang dilakukannya kali ini sedikit kecolongan. Entah dari mana datangnya dan bagaimana masuknya, diantara sang raja dan para gubernur ada yang ikut menghadiri acara tersebut. Ia benar-benar penasaran dengan popularitas kedermawanan sang raja. Di lingkunganya ia dipanggil Yasua.

***

Saat tidak sejangkal tanahpun di dunia yang luput dari kekuasaan dua kerajaan; Romawi dan Persia, di tanah yang tidak pernah malu dan takut untuk bersembunyi dari terik matahari, di wilayah padang pasir terbesar di dunia, dengan senjata kelicikan dan tumbal genangan darah saudara-saudaranya, hadirlah sebuah kerajaan. Ia-lah cikal bakal sejarah lahirnya kerajaan yang melunturkan kejayaan Persia. Ia-lah tongkat estapet sejarah untuk terwujudnya ramalan dalam surat Ar-Rum tentang keruntuhan Romawi, imperium yang tidak pernah terkalahkan.

“Kalah tidak selalu membawa kerugian. Adakalanya keuntungan yang didapat jauh lebih besar”.

Mungkin itu yang dirasakan sang Gubernur Damaskus pada tahun 657 masehi, saat ribuan saudara seagama saling serang, saling panah, saling bunuh dan saling penggal, ketika pasir-pasir yang berhamburan kalang kabut dan udara panas yang menyebarkan bau amis darah di daerah Shiffin menjadi saksi. Walaupun kalah perang, namun makar yang ia lakukan terhadap sang khalifah menghasilkan dua keuntungan. Pertama, secara dejure pemerintahan arab (orang-orang Islam) beralih kepadanya. Kedua, pengikut penguasa berkurang karena ketidak puasan atas kebijakan yang diambil sang khalifah.

Sepeninggal sang khalifah, sang gubernur menghasut isteri Hasan putera sang khalifah untuk meracun suaminya, setelah menjadikannya pemimpin yang sah secara defacto dan dejure untuk imperium arab. Setelah itu orang-orang Islam tidak lagi mempunyai hak untuk menentukan siapa pemimpinnya. Kekuasaan dan pemerintahan adalah monopoli keluarga Umayyah. Ya, inilah detik-detik lahirnya Imperium Umayyah.

***

Ternyata Yasua sudah hadir di ruangan rahasia itu sebelum para gubernur dan sang raja datang. Ia pun benar-benar takjub dibuatnya, saat melihat ruangan tersebut. Benar-benar diplot sangat rahasia. “Ck ck ck”, itu yang ia ucapkan sambil menggeleng-gelengkan kepalanya. Saat para gubernur memasuki ruangan, ia cepat-cepat bersembunyi di balik pintu. Saat sang raja datang, ia bergegas mendekati sang raja. Ia ingin mendengar dengan jelas kata-kata sang raja. Agar tidak ada yang curiga, dengan berhati-hati ia merayap melalui pinggir-pinggir atap ruangan itu. Ialah Yasua sang cecak yang penasaran atas pupolaritas dan reputasi mengagumkan yang menjadi buah bibir di seantero imperium yang terbentang dari Jazirah Arab hingga Afrika bahkan melintas ke Spanyol.

Hampir saja Yasua meninggalkan ruangan tersebut. Ia merasa bosan. Tidak ada ucapan sang raja yang menjadi rahasia kesuksesan kepemimpinannya, sampai ia begitu dicintai rakyatnya, sampai ia digelari sang pelindung. Namun saat hampir keluar dari ruangan itu, ia dikejutkan dengan ucapan sang raja.

“Para gubernur semua, sebelum mengakhiri pertemuan kali ini, kalian harus selalu ingat pesan saya!”

Yasua langsung terperanjat. Seketika itu ia langsung menghentikan langkahnya dan berbalik masuk dengan memasangkan indra pendengarannya. Sambil berharap cemas tentang pesan sang raja tersebut. Sambil berdoa dalam hatinya, semoga ia bisa mengetahui rahasia tentang kebijaksanaan sang raja.

“Tidak ada usaha yang sia-sia” mungkin itu yang dirasakan Yasua saat mendengar ucapan sang raja berikutnya.

“Biarkan aku sendiri yang berbuat baik dan melindungi rakyatku. Tugas kalian adalah membuat mereka mengemis kebaikan dan kebijaksanaan dariku, bagaimnapun caranya”.

 

*PS. Terinspirasi dari syair arab tentang “Saifud Daulah” saat belajar balaghoh.

Leave a comment