Puteriku, saat baca tulisan di blog ini tentu kamu sudah besar. Paling tidak, kamu bukan bayi lagi.
Saat ini, usiamu 5 bulan kurang 4 hari. Kamu mulai memperlihatkan usaha untuk meningkatkan daya kebisaanmu. Beberapa pase pembelajaran telah kamu lalui. Saat ini kamu sedang belajar merangkak.
Berkali-kali kamu naikan kaki beserta bokongmu. Berkali-kali pula gagal. Kamu terus berusaha dengan seluruh tenaga dan kemampuanmu, namun tampaknya tetap sama; kamu tidak maju merangkak. Setiap kali itu, kamu menangis.
Puteriku, lihatlah foto-fotomu ini baik-baik. Dalam foto itu kamu sedang berusaha mengambil benda yang ada di depanmu. Jaraknya tidak lebih dari 10 cm dari ujung tanganmu.
Pasti kamu tidak akan ingat apa yang terjadi. Mari aku ceritakan. Bacalah dengan seksama!
Saat itu, kamu berusaha meraih benda di depanmu itu. Seperti kebiasaan di usiamu sekarang, kamu akan penasaran dan meraih benda-benda di sekitarmu. Bukan hanya kedua tangan, tapi kedua kaki dan semua badan kamu gerakkan. Namun faktanya, posisi badanmu tidak mendekati barang di hadapanmu itu. Terus. Berulang. Gagal. Nangis.
Aku, ayahmu, bisa saja langsung memberikan barang itu, kalau mau. Kamu tidak perlu menangis kesal. Kamu tidak perlu membenturkan kepalamu karena jengkel. Untukku -ayahmu- Berhenti menangismu tidak lebih berharga dibanding usaha-usaha dan gagal-gagal mu.
Saat ini, kamu tidak meraihnya. Esok, lusa dan beberapa minggu ke depan kamu bukan hanya meraihnya. Bukan hanya benda itu saja, tapi semua benda yang ada di hadapanmu. Bukan saja tentang ‘meraih benda’, tapi kamu pasti akan meraih hasil dari usaha dan gagalmu saat ini. Tidak lama lagi, kamu bisa merangkak. Dengan mudah dan tertawa.
Setelah itu bagaimana? Kamu akan berusaha lagi untuk kebisaanmu berikutnya. Kemungkinan besar kamu akan mengalami kegagalan di awal usahamu. Kamupun akan meraih kebisaan-kebisaan yang lainnya.
Lihat lagi foto-fotomu!
Apa yang kamu pikirkan sekarang, untuk meraih benda di depanmu itu? Kamu akan mengandalkan orang lain untuk memberikannya ke tanganmu atau mengusahakannya sendiri walaupun peluang kegagalan menganga lebar?
Kamu yang menjadi tuan atas dirimu sendiri. Kamu yang menentukan. Pilihan pertama tampak menyenangkan. Namun, bagi seorang visioner, tentu akan memilih yang kedua.
Satu hal harus kamu ingat; “bersama peluang kegagalan selalu hadir peluang kesuksesan”.
Tawau, 26 Oktober 2014
Reblogged this on Coretan Padlilsyah and commented:
Bersama peluang kegagalan selalu hadir peluang kesuksesan. Besarnya peluang kegagalan selalu sebanding dengan peluang kesuksesan.
LikeLike