Zeest ku: Kehidupan ku


IMG_7799
Hari ini tanggal 21 april 2006
Hampir saja…..
Kemaren ku melakukan suatu kebodohan,eh…. atau mungkin sebuah komitmen hidup.
Saat ini, ku tak peduli kejadian kemaren apakah sebuah anugerah –setidaknya menurutku saat ini- atau bahkan merupakan sebuah kebodohan –kata mereka yang berharap bahwa aku bisa menjalani hubungan dengan nya.
“mau tak mau”, ku pikir aku harus katakan semuanya pada zeest tentang sebuah bongkah yang ada di dalam dadaku.
BUKAN…!
Bukan dalam dada, TAPI di dalam sana…..
YA..!
dalam, dalam, dalam, sangat dalam.
Yang selama 760 hari bongkah itu menggerogoti kewarasanku, mencerabuti akar kemanusiaanku……. Namun kuterlanjur meminta untuk melihat, mendengar, mencium, merasakan…. kewujudannya.
Sepakat.
Islamic Center kota Bekasi akan menjadi sebuah tempat bersejarah bagi ku sekaligus zeest, -eh… atau mungkin menjadi sebuah neraka bagi ku, walau kemungkinan ini hanya 5%nya.
“bu sy skr brgkt
K tmpt MFQ[1]. Oh
Iya sms k no ni
Aja. OK!”
Ku pijit tombol kirim.
Laporan diterima.
Segera ku hapus.
Perjalanan Balai Irigasi-Islamic Center lumayan membuat keluar banyak keringat, selain cuaca daerahnya yang panas, aku belum terbiasa dengan cuaca di daerah bekasi, ditambah bertumpuknya gundukan rasa: keraguan, ketidak pastian, keoptimisan, ketuputus asaan, kebahagiaan. Apa yang akan terjadi padaku andai aku dan zeest bener-bener ketemu.
####
Tak jelas sudah berapa jam ku menunggu, tak jelas pula apa yan di rasa hati ini. Ku ambil Handphone, pijit find name, ku miscaalled zeest. Ku berharap ada jawaban berupa sms dimana ia berada saat ini.
Beberapa menit.
Tidak ada jawaban.
Pijit find name. Ku telphon dia. “Assalaamu’alaikum”. suara bidadari ucap salam, untukku ucapan itu –bukan ucapannya, tapi pengucapnya- bak ibu yang lagi menentramkan bayinya di gendongan.
Seketika tenang.
Sejenak.
“wa’alaikum salam, dimana zeest?
“sekarang lagi di tempat M2KQ[2]” dia jawab.
sambil sedikit rada kesel ku tanya “kenapa ga bilang di sana gitu!?, ya udah saya tunggu”.
Ruangan itu betapa gaduh dan riuh. Sangat .
Wajar, babak semi final sesi pertama sedang berlangsung.
tapi kegaduhannya tidak dapat mengalahkan gaduhnya perasaan ini: takut, kecut, bahagia, optimis, kesel, marah, harapan, semuanya menjadi sebuah obak di lautan perasaan jiwa ini.
Jam 09:41:58 HP berbunyi.
“dhil mf bgt skrng
sy dtmpt khat
dl. Pntn bgt….”
Menunggu.
Semifinal sesi pertama selesai.
Banyak yang bahagia dan lebih banyak lagi yang bersedih, bahkan yang paling banyak. Karena mungkin sudah menjadi sunnatullah pemenang tidak pernah ada dua, tiga, empat atau selanjutnya. Kenapa?…
sudah.
Kita ga usah mikirin dulu ”sunnatullah” dan “kenapa”.
Semifinal sesi kedua (terakhir) di mulai.
Semua orang masygul dengan satu kegiatan yang sama. Asyik “wajib jawab”.
Grup B pun demikian.
Tidak ada satu penonton pun yang tidak sibuk dengan menyimak para pemain yang sedang menjawab, pertanyaan-pertanyaan: tafsir qur’an, ulumul qur’an, hadits, bahasa arab, faroidh… dan segala macam tetek bengek yang bersangkut paut dengan kata qur’an.
Ya…
sekali lagi ku tegaskan semuanya dan tidak ada yang tidak, kecuali aku.
Sebetulnya aku juga sibuk. Namun kesibukanku berbeda. Aku sibuk dengan pikiranku yang hanya tertuju pada zeest: mungkinkah hari ini akan ketemu?, apa yang harus ku katakan?, beranikah aku?, mampukah aku?, bagaimana reaksinya andai aku ceritakan SEMUANYA tentang bongkah itu?: bahwa dia adalah ZEEST Ku.
Tambah lama nunggu tambah juga perasan yang tidak menentu. Bingung, kesel, sebel, kecewa, pesimis. Semua rasa itu membuatku mau pergi ke tempat buang air kecil.
“ya.. mending ke mesjid aja sambil nuggu dia di sana” pikir ku.
Sehabis hajatku tepenuhi –ku harus sadar bahwa segala puji memang milik Tuhan yan menghilangkan rasa sakit (al-adza) dan Yang memberi kesehatan (al-‘Aafiah) — ku duduk di teras mesjid, melamun, berfikir, dan berharap.
Byaaar….
Fokus pikiran menjadi buyar.
Terobati.
Aku lihat temen: ediana.
Ku sapa.
Dia ngajak jalan. Gaya bicaranya (ngobrolnya) penuh perhatian. Dia memang punya kecerdasan interpersonal yang ingin ku punya juga.
Ku mengalah. Dan aku berfikir “ya ga apa apa lah, nanti juga dia ngasih kabar kalau dia sudah sampai di tempat Fahmil, dari pada aku harus menunggu dengan perasaan yang seperti sudah berda di kawah candra dimuka”.
Lihat-lihat Handphone, tujuan edi ngajak aku.
Aku bawa dia ke Mega Bekasi.
Masuk.
Naik eskalator.
Dilantai dua aku berputar-putar.
Bertemu dengan temen-temen yang lain, tambah muter-muter.
Jam 10:51:54 ada sms masuk
“dmn dhil”
Aku jawab
“lg k sana. Td teh
edi ngjak jaln
dl”
setelah baca dan ngejawab sms nya, ku ajak edi untuk balik ke Islamic Center.
Jalan.
Sampai di tempat tujuan. “ed saya ke mesjid”, “sok aja” jawab Edi.
Sampai di di Islamic Center pukul 10:59:04.
Masuk lagi sebuah sms.
“dhil mang kl dah
ktm sy mau
apa? Skrng sy
dah d wartel
asrm haji ”
selesai baca sms ku tersadar How stupid I am..!
apa gunanya buat zeest andai aku menemuinya?!
How childness I am….! apa yang aku miliki sampai aku berani untuk menyukainya… bukan sekedar suka…. tapi lebih dari itu.
Ku telephone dia, “teh sy nyasar, ga tahu tempat baliknya” dia menjawab “ga apa-apa deh dil”.
Ku berbohong karena memang aku tak bisa untuk menjawab sms di atas tadi. Pertanyaan yang sulit. Lebih sulit dari soal ujian penerimaan beasiswa S1 mesir, yang pernah dua kali aku ikuti. Pertanyaan-pertanyaan gampang banget…. sangat gampang. Tapi pertanyaan sms tadi buat ku memang benar-benar sulit.
Sama sekali aku tidak akan bisa menjawabnya karena aku bukan apa-apa. Aku belum menjadi apa. Aku tidak punya apa-apa.
Andai zeest marah karena sudah di bohongi. Ku akan terima semuanya karena aku yang salah. Tapi at least aku sudah minta maaf yang sebelumnya aku jelaskan dulu alasan kenapa aku berbohong dan itu pun hnya sekali saja waktu bilang “saya nyasar”
Terima kasih Tuhan!!!
Engkau telah menutupi lagi kekuranganku, ke sekian kali nya Engkau telah menutupi lagi, lagi dan lagi ke’aibanku. Andai saja saat itu kau mempertemukanku dengan zeest, mungkin kulit muka ini akan merah dengan darah yang berdesakan hendak keluar keras. Saking malunya.
Terima kasih zeest!!!
Kau telah memberi kau “kehidupan” yang lain.
Dimana aku bisa hidup di benak-benak mereka, kau inspirasi bagi ku, kau adalah zeestku.
Saat inilah ku hanya bisa jujur, kau cinta kamu, namun aku sadar Hormatku padamu melebihi segalanya.
Ku hanya pantas ‘menghormati” mu, zeest!!!
Tidak pantas yang lain, selain perhormatan.
Kau adalah istriku, dan aku adalah suamimu.

[1] Perlombaan cerdas cermat tentang ilmu-ilmu qur’an seperti, ulumul qur’an, tafhfid qur’an, tafsir qur’an, balaghah, nahwu, ilmu hadits, sejarah peradaban islam. Perlombaan ini adalah salahsatu cabang MTQ (Musabaqah Tilawatil Qur’an) yang sering diselenggarakan di Indonesia. MTQ di Indonesia tujuan awalnya adalah sebagai media syiar tentang islam kepada seluruh masyarakat di Indonesia.
[2] Singkatan dari Musabaqah Menulis Kandungan Qur’an atau lebih dikenal dengan perlombaan karya tulis ilmiah.

2 responses to “Zeest ku: Kehidupan ku

Leave a comment